Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi yang Efektif di Kelas

pembelajaran berdiferensiasi
pembelajaran berdiferensiasi

Profesi seorang guru adalah profesi yang mulia. Guru memiliki andil besar dalam mencetak generasi penerus bangsa yang kelak akan meneruskan perjuangan dalam melestarikan dan merawat kemerdekaan. Oleh karena itu, menjadi guru tidak boleh hanya sekedar mengajar saja. Ada beban dan tanggung jawab yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan baik kepada orang tua, atasan, dan juga yang Maha Kuasa.

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan

kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah

seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik,

Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”

(Ki Hajar Dewantara)

Dalam quote Ki Hajar Dewantara di atas, Guru diibaratkan sebagai seorang pengukir dan murid-murid adalah diibaratkan kayu dari pohon yang berbeda-beda. Setiap kayu dari jenis pohon yang berbeda-beda memiliki karakter unik yang tidak sama dengan kayu lainnya. Hal ini membuat seorang pengukir harus mengetahui bagaimana memperlakukan setiap kayu sehingga menghasilkan sebuah ukiran yang indah. Demikian juga murid yang kita ajar di sekolah. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga pasti membutuhkan perlakuan yang juga berbeda-beda.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Differentiated learning atau pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid. Menurut Tomlison (1999:14), Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Hal ini bukan berarti guru harus memberikan menerapkan pembedaan kepada setiap murid di kelas, ya. Wah, terbayang betapa repotnya kalau satu persatu murid harus diperlakukan berbeda atau diberikan materi yang berbeda. Hal ini tidak menjadi masalah jika kelas yang diajarkan berjumlah satu atau lima murid. Bagaimana dengan kelas yang besar?

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru tersebut haruslah terkait dengan hal-hal berikut ini:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas dan dipahami baik guru dan juga murid.
  2. Bagaimana seorang guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
  3. Bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang mampu “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. 
  4. Manajemen kelas yang efektif, yang meliputi bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan (Bagaimana menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran).

Jadi, pembelajaran berdiferensiasi ini diterapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Jika ada murid yang sulit dalam belajar, seorang guru tidak boleh serta merta menudingkan jari dan menuduh bahwa murid tersebut kurang berusaha atau tidak belajar. Sebaliknya, guru harus berusaha mencari apa yang menyebabkan murid tersebut memiliki kesulitan dari sisi pembelajaran, apakah metodenya kurang sesuai, apakah materinya terlalu sulit atau terlalu mudah, atau apakah suasana belajar di kelas mendukung murid untuk belajar.

Kebutuhan Belajar Murid

Salah satu prinsip yang harus guru perhatikan dalam merencanakan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP adalah memperhatikan memperhatikan perbedaan dari murid yang diajar. Dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom, Tomlinson menyampaikan bahwa guru dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek berikut ini.

1. Kesiapan Belajar Murid

Kesiapan belajar atau dalam Bahasa Inggris disebut readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Tugas yang diberikan oleh guru hendaknya mempertimbangkan tingkat kesiapan murid. Hal ini akan dapat membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan. Supaya murid tetap dapat menguasai materi dengan keterampilan baru dengan maksimal, guru dan sekolah perlu menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai. 

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlison menjelaskan ada 6 perspektif yang dapat guru gunakan untuk mengetahui kesiapan belajar murid, yaitu:

a. Bersifat mendasar — Bersifat transformatif

Murid akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan to the point untuk dapat memahami sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya. Murid-murid juga perlu diberikan waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, murid juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang dapat membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Bagaimana dengan murid yang sudah menguasai dan memahami ide-ide tersebut? Yang pasti mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dan detail dari ide tersebut. Mereka memiliki kebutuhan untuk melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif yang memberikan tantangan lebih.

b. Konkret – Abstrak.

Guru juga dapat dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah mampu belajar pada tingkatan abstrak. Untuk murid yang masih belajar pada tingkatan konkret harus belajar dengan menggunakan berbagai alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret.

c. Sederhana – Kompleks.

Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu

abstraksi atau esensi pada satu waktu, sementara murid yang lain mungkin sudah bisa

menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.

d. Terstruktur – Terbuka (Open Ended)

Saat menyelesaikan tugas, ada murid-murid yang masih memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Dan ada juga murid-murid lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

e. Tergantung (dependent) – Mandiri (Independent)

Guru pasti berharap semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri. Namun di lapangan yang terjadi adalah tingkat kemandirian masing-masing murid berbeda-beda. Ada yang sudah mandiri dari awal, ada juga yang masih membutuhkan bimbingan dan bantuan. Disinilah peran guru harus mampu memberikan scaffolding supaya murid yang tadinya masih tergantung perlahan-lahan dapat mencapai tingkat kemandirian seperti yang diinginkan.

f. Lambat – Cepat

Di kelas Guru pasti akan menemui murid yang mampu belajar dengan cepat (Fast learner) dan murid yang membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan atau memahami materi yang diajarkan.

Tombol Equalizer kebutuhan murid menurut Tomlison

2. Minat 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada

suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Seperti telah dikatakan oleh Tomlinson (2001: 53), bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah:

  1. Supaya guru dapat membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
  2. Supaya murid dapat mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
  3. Supaya dapat menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
  4. Supaya dapat meningkatkan motivasi belajar murid.

Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif, yaitu minat situasional dan minat individu. Minat situasional sangat bergantung situasi dan kondisi yang ada di sekitar murid. Bisa saja seorang murid tidak berminat pada suatu topik pelajaran, tetapi murid tersebut dapat tertarik mempelajari topik tersebut karena gurunya menyampaikan dengan menarik dan menyenangkan. Sedangkan minat individu adalah minat yang sudah tertanam dalam diri murid. Bagaimanapun guru menyampaikan tema tau pelajaran tersebut, murid akan tetap menyukainya karena sudah memiliki minat dalam dirinya. Dapat disimpulkan bahwa minat situasional sangat terpengaruh oleh faktor ekstrinsik, sedangkan minat individu lebih pada faktor intrinsik. 

Bagaimana cara menumbuhkan minat murid? Berikut ini beberapa cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat murid, yaitu:

  • Merancang kegiatan pembelajaran yang dapat menciptakan situasi pembelajaran sehingga mampu menarik perhatian murid. Misalnya dengan games-games, jokes, atau kejutan-kejutan, dsb.
  • Menciptakan konteks pembelajaran dengan mempertimbangkan minat individu murid.
  • Selalu mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid.
  • Memberikan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan
  • persoalan (problem-based learning).

Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada

murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin

digunakan oleh murid-murid seperti yang ada pada tabel berikut ini.

Moda  minat dan moda ekspresi

3. Profil Belajar Murid

Apa itu profil belajar murid? Profil Belajar murid ini mengacu pada cara-cara bagaimana murid sebagai individu merasa paling tepat dan nyaman dalam belajar. Hal ini dapat  memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien. Sangat tidak dianjurkan bagai seorang guru untuk memaksakan gaya belajarnya atau gaya belajar satu/sekelompok murid pada semua murid di kelas. Di lapangan tanpa disadari kadang-kadang guru secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri meskipun sudah mengetahui dan menyadari bahwa setiap anak memiliki profil belajar sendiri. 

Ketika guru sudah memiliki kesadaran tentang hal ini, maka guru akan dapat merancang pembelajaran dengan memvariasikan metode dan pendekatan mengajar di kelas. Adapun faktor-faktor yang terkait dengan profil belajar murid antara lain: preferensi terhadap lingkungan belajar, pengaruh budaya, preferensi gaya belajar, dan Preferensi kecerdasan majemuk.

Preferensi terhadap lingkungan belajar  terkait dengan lingkungan belajar siswa misalnya suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh Budaya misal seperti: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal –

Impersonal. Dan yang terakhir adalah preferensi gaya belajar.

Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan

mengingat informasi baru. Gaya belajar secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Visual

Murid belajar dengan melihat melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dan lain sebagainya.

  1. Auditori

Murid belajar dengan mendengar. Misalnya melalui mendengarkan penjelasan

guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, atau mendengarkan musik.

  1. Kinestetik

Murid belajar sambil melakukan misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dan lain-lain.

Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) merujuk pada Teori

tentang kecerdasan majemuk dari howard Gardner yang menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily- kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-Matematika.

Bagaimana Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas

Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tidak bisa dikatakan mudah dan sederhana. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama yang tinggi dari berbagai pihak termasuk juga manajemen sekolah. Ketika menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, guru tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis penilaian yaitu penilaian sumatif untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. Guru harus menerapkan asesmen berlanjutan yang dapat memotret segala perkembangan belajar murid sekecil apapun.

Hal pertama yang perlu guru lakukan adalah memetakan kebutuhan murid. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

  1. Melakukan asesmen diagnostik
  2. Wawancara
  3. Observasi
  4. Melihat data murid
  5. Bertanya pada guru-guru yang mengajar murid tersebut

Kemudian, guru wajib memahami tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Guru harus mengetahui kompetensi apa saja yang ingin dicapai, indikator-indikator pencapaian sehingga murid dikatakan telah menguasai kompetensi, dan apa jenis penilaian yang dapat mengukur keberhasilan belajar siswa secara akurat. Hal ini dapat guru tuangkan 

Jika beberapa poin di atas sudah dipahami oleh guru, maka selanjutnya guru dapat mempersiapkan sarana dan prasarana terkait pembelajaran tersebut misalnya media yang dibutuhkan. Guru dapat mempertimbangkan berbagai kebutuhan murid untuk membuat media, mengembangkan bahan ajar, dan juga memilih strategi/metode pembelajaran.

Setelah itu penting sekali mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengupayakan perbaikan-perbaikan. Jika memungkinkan diadakan forum saling berbagi praktik baik dengan guru-guru lain supaya dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman. Jika ada kesulitan ataupun  kendala dalam pelaksanaannya, dapat dicarikan solusinya bersama-sama.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *